Sumpah Pemuda: Menyalakan Kembali Api Persatuan di Tengah Krisis Identitas Mahasiswa

                 Oleh:Alfi Armansyah

 

MEDAN|PERS.NEWS-Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa ini kembali mengenang momen bersejarah: Sumpah Pemuda 1928, saat para pemuda dari berbagai daerah menyatakan diri satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa—Indonesia. Namun, di tengah gegap gempita peringatan dan upacara seremonial, muncul satu pertanyaan yang perlu direnungkan oleh kita, para mahasiswa: apakah semangat Sumpah Pemuda masih hidup di dada generasi kampus hari ini?

Sebagai mahasiswa—yang sering disebut sebagai agent of change—kita sejatinya merupakan pewaris langsung semangat para pemuda 1928. Mereka berjuang bukan dengan senjata, melainkan dengan gagasan dan tekad untuk menyatukan bangsa yang tercerai oleh perbedaan suku, bahasa, dan kepentingan kolonial. Kini, perjuangan itu berubah bentuk. Lawan kita bukan lagi penjajahan fisik, melainkan penjajahan mental—dari arus globalisasi, disinformasi, dan krisis kepedulian sosial.(30/10/25)

Ironisnya, banyak mahasiswa hari ini justru terjebak dalam individualisme dan pragmatisme akademik. Kampus seolah hanya menjadi tempat mengejar ijazah, bukan ruang membangun kesadaran kebangsaan. Padahal, semangat Sumpah Pemuda adalah tentang kesatuan visi dan tanggung jawab bersama untuk menciptakan perubahan.

Mahasiswa masa kini harus berani menghidupkan kembali idealisme itu—dengan cara yang relevan untuk zaman ini. Bukan sekadar turun ke jalan tanpa arah, tetapi dengan memperkuat literasi, menegakkan integritas, dan mengawal kebijakan publik lewat kritik ilmiah dan inovasi sosial. Di era digital, “sumpah” kita bisa dimaknai sebagai komitmen untuk melawan hoaks, intoleransi, dan apatisme terhadap persoalan bangsa.

Sumpah Pemuda 1928 lahir dari kesadaran bahwa perbedaan bukan alasan untuk berpecah, melainkan kekuatan untuk bersatu. Mahasiswa masa kini harus menyalakan kembali api itu—menjadikannya energi untuk merajut solidaritas lintas kampus, lintas daerah, dan lintas ideologi demi Indonesia yang lebih adil, cerdas, dan berdaya.

Pada akhirnya, memperingati Sumpah Pemuda bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi meneguhkan janji di masa kini: bahwa di tangan pemuda—terutama mahasiswa—harapan Indonesia tidak akan pernah padam.(AA)

 

Sumber :Alfi Armansyah Mahasiswa Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia