Menurutnya, masyarakat semakin sulit menerima bahwa banjir tahunan ini masih dianggap sebagai sekadar “bencana alam”.
“Rakyat Medan sudah tidak lagi percaya pada istilah bencana alam untuk banjir yang setiap tahun datang seperti jam,” ujarnya, Selasa (02/12/2025).
Dalam laporan yang diterimanya, sebanyak 19 dari 21 kecamatan terendam, 1.829 warga mengungsi, 7.402 rumah terdampak, arus listrik padam di sejumlah wilayah, serta aktivitas Pelabuhan Belawan nyaris lumpuh.
Rusydi menegaskan bahwa persoalan ini bukan hanya disebabkan oleh curah hujan tinggi, tetapi merupakan akibat kerusakan sistem penataan wilayah dari hulu hingga hilir.
Kritik terhadap Pemko Medan
Rusydi menilai Pemerintah Kota Medan di bawah kepemimpinan Wali Kota Rico Waas belum memenuhi janji penanganan banjir secara fundamental. Ia menyoroti beberapa persoalan, antara lain:
Proyek normalisasi sungai yang mangkrak bertahun-tahun
Drainase primer yang tersumbat sedimentasi dan sampah
Izin pembangunan di bantaran sungai yang masih berjalan
Ia juga mengkritik status tanggap darurat hingga 11 Desember yang menurutnya hanya bersifat administratif tanpa aksi nyata yang menyelesaikan akar masalah.
Menyinggung Peran Kementerian ESDM
Rusydi turut menanggapi respons Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, terkait gangguan distribusi BBM dan gas akibat banjir rob di Medan Utara dan Belawan.
“Kami menghargai bantuan dan dana yang dijanjikan, tetapi yang kami butuhkan adalah pencegahan sejak dini, bukan bantuan sesaat setelah bencana,” tegasnya.
Ia menilai masih minim tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang merusak lingkungan dan memengaruhi kondisi daerah aliran sungai di Sumatera Utara.
Sikap Fomappel Kota Medan
Rusydi menegaskan komitmen organisasi untuk terus mengawal penanganan banjir di Kota Medan.
“LSM Fomappel tidak akan diam. Kami akan mengawal setiap rupiah anggaran banjir, melaporkan setiap proyek yang mangkrak, dan siap turun ke jalan bersama warga jika janji-janji kembali sekadar slogan,” tegasnya.
Ia menutup pernyataan dengan seruan bahwa Medan tidak pantas menjadi kota yang selalu tenggelam setiap musim hujan, sementara warganya terus menjadi korban dari kelalaian yang berulang.(SPT/Tim)



