Oleh :ALYA SANTIKA BATUBARA
MEDAN|PERS.NEWS-Keterlibatan PMI dalam Bulan PRB 2025 di Mojokerto mengindikasikan bahwa persiapan menghadapi bencana di Indonesia kini beralih ke pendekatan yang lebih modern dan komprehensif.
Berbagai inovasi yang ditampilkan mulai dari alat penyaring air untuk situasi darurat1 perangkat penyelamatan vertikal dan penyelamatan air1 hingga model rumah tahan gempa sebagai sarana pendidikan menunjukkan bahwa penanganan bencana tidak hanya berhenti pada tahap respons tetapi menjadikan pencegahan dan pemberdayaan masyarakat sebagai fokus utama.
Upaya edukasi yang diusung PMI termasuk simulasi dampak perubahan iklim dan sosialisasi lingkungan melalui pemanfaatan eco-enzyme menunjukkan bahwa masalah kebencanaan kini dipandang sebagai isu yang melibatkan banyak sektor1 mencakup kesehatan1 lingkungan1 dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Data terkini membuat urgensi inovasi seperti ini menjadi kian nyata: hingga 28 November 2025 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan total 174 jiwa meninggal dunia1 79 hilang1 dan 12 luka-luka akibat bencana hidrometeorologi di wilayah Sumatra (termasuk Provinsi Sumatera Utara1 Aceh1 dan Sumatera Barat).
Walaupun demikian1 inovasi sebesar ini memerlukan lebih dari sekadar pameran alat atau kampanye singkat. Tantangan utama adalah sejauh mana program itu benar-benar menjangkau kelompok masyarakat yang paling rentan.
Di banyak lokasi akses terhadap pendidikan tentang kebencanaan masih sangat terbatas dan pemahaman masyarakat mengenai teknik penyelamatan maupun adaptasi terhadap perubahan iklim tidak merata.
Tanpa adanya perluasan akses dan dukungan yang berkelanjutan1 inovasi ini berisiko menjadi sekadar pameran teknologi bukan penguatan kemampuan masyarakat yang sesungguhnya.
Selain itu1 keberlanjutan merupakan kunci sukses dari inisiatif tersebut. Alat penyelamatan tidak akan berfungsi dengan baik jika tidak didampingi pelatihan teratur1 koordinasi antarlembaga1 dan kesiapan sumber daya lokal.
Begitu pula pendidikan yang memerlukan pendekatan jangka panjang agar masyarakat tidak hanya mengetahui prosedur tetapi juga mampu menerapkannya secara mandiri saat bencana terjadi.
Melihat perkembangan ini1 inovasi PMI layak mendapatkan penghargaan sebagai kemajuan dalam memperkuat ketahanan nasional. Namun1 hal ini hanya akan berarti jika semua lapisan masyarakat tanpa kecuali mendapat kesempatan yang setara untuk memahami1 mengakses1 dan menggunakan pengetahuan serta alat mitigasi yang diperkenalkan.
Kesiapsiagaan menghadapi bencana bukan sekadar soal teknologi melainkan tentang menciptakan budaya kepedulian1 kesadaran akan risiko1 dan kesiapan untuk bertindak secara bersama-sama(Red)













