Produknya Dihujat Warganet, Sentimen Negatif BBM Pertamina 88,6 Persen


PERS.NEWS – Polemik kelangkaan BBM di sejumlah SPBU swasta ramai dibahas warganet di media sosial.

Fenomena ini terjadi merata di seluruh wilayah penjualan Shell, Vivo, dan BP.

Kelangkaan stok BBM SPBU swasta terjadi karena adanya lonjakan permintaan, sementara kuota impor minyak yang diberikan Kementerian ESDM jauh dari mencukupi.

Litbang Kompas melalui Kompas Monitoring melakukan pemantauan percakapan di media sosial pada 15–17 September 2025.

Hasil survei menunjukkan, mayoritas warganet memberikan respons bernada negatif terkait isu kelangkaan BBM di SPBU swasta.

Pemantauan dilakukan terhadap konten di lima platform, yakni TikTok, Instagram, Facebook, YouTube, dan X. Pemantauan dilakukan selama kurun waktu tiga hari.

Kelangkaan yang sudah mulai terjadi pada akhir Agustus lalu menuai 66,2 persen percakapan dengan nada negatif.

Keluhan warganet ini berkaitan dengan topik bahasan yang bersinggungan dengan mutu produk BBM yang dijual SPBU Pertamina dibandingkan SPBU swasta.

Warganet memberikan sentimen negatif sebesar 88,6 persen terhadap BBM produk PT Pertamina.

Ada sejumlah keluhan diungkapkan dalam bentuk unggahan konten maupun ujaran di kolom komentar terkait kualitas BBM Pertamina.

Ada yang mengeluh bahwa BBM Pertamina lebih cepat habis atau lebih boros meski memiliki angka oktan atau research octane number (RON) yang sama dengan produk dari BBM swasta.

Ada pula warganet yang mengeluhkan performa mesin kendaraannya menurun dan tidak bekerja secara optimal karena mengonsumsi BBM Pertamina.

Selain itu, ada pula yang memberikan pernyataan terkait pengalamannya mendapatkan BBM bercampur air di SPBU pelat merah itu.

Sederet rapor merah yang selama ini dialami oleh warganet ramai diungkit dan diungkap di media sosial berkenaan dengan alasan mereka enggan membeli produk dari PT Pertamina.

Hal lainnya lagi yang turut memberikan sentimen negatif bagi PT Pertamina adalah pernyataan Menteri Bahlil yang mengatakan bahwa SPBU swasta yang kehabisan stok diminta untuk membeli dari PT Pertamina.

Ujaran ini memicu pernyataan tidak setuju sebesar 73,5 persen yang bernada negatif. Resistensi sebagian warganet ini berkaitan erat dengan ketidakpercayaan konsumen terhadap kualitas BBM yang dihasilkan PT Pertamina.

Citra negatif Bahlil di medsos Selain Pertamina yang mendapatkan sentimen buruk, citra Bahlil Lahadalia selaku Menteri ESDM menjadi yang paling dominan bernuansa negatif.

Sebanyak 82,9 persen percakapan warganet menilai Bahlil terkesan menganakemaskan PT Pertamina sebagai perusahaan pelat merah pengelola dan distributor BBM di Indonesia.

Pandangan negatif dari warganet terhadap Bahlil disulut oleh pernyataan terkait tidak akan membuka keran impor tambahan bagi perusahaan SPBU swasta di Indonesia.

Ditambah lagi ujarannya bahwa SPBU swasta diminta untuk membeli BBM dari PT Pertamina untuk dijual kembali ke konsumen. (*)