Opini  

Bencana Terbaru di Sumatra: Panggilan untuk Reformasi Tata Kelola & Kesadaran Kolektif

Foto ilustrasi

MEDAN|PERS-NEWS-Dalam kurun beberapa hari terakhir, pulau Sumatra kembali dirundung duka yang dalam. Gelombang banjir bandang dan longsor melanda sejumlah wilayah di provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menelan ratusan korban jiwa, merenggut rumah, dan memaksa ratusan ribu jiwa mengungsi.

Menurut data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per 3 Desember 2025 korban tewas telah mencapai 753 jiwa, 650 orang hilang, dan ribuan lainnya luka-luka. Puluhan ribu rumah rusak, infrastruktur publik porak-poranda, jalan strategis terputus, dan fasilitas dasar seperti sekolah, tempat ibadah, serta fasilitas kesehatan ikut terdampak.

Lebih dari sekadar angka: ini adalah tragedi kemanusiaan dan krisis kolektif. Ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal, anak-anak kehilangan sekolah, masyarakat kehilangan akses dasar, harapan terguncang dan trauma mendalam bagi mereka yang selamat.

Kenapa Bencana Terjadi Secara Masif Dan Apa yang Salah

Situasi ini bukan semata efek cuaca ekstrem atau nasib buruk. Ada penyebab-penyebab struktural dan sistemik yang memperparah dampak bencana:

Kerusakan lingkungan & deforestasi: Penebangan hutan, alih fungsi lahan, aktivitas industri ekstraktif — semuanya merusak daya dukung lingkungan. Ketika hutan kehilangan perannya sebagai penyerap air dan penahan erosi, sungai meluap, tanah longsor jadi lebih mudah terjadi, dan banjir bandang menjadi jauh lebih dahsyat.

Ketidaksiapan infrastruktur dan mitigasi: Banyak daerah yang belum memiliki sistem peringatan dini memadai, saluran drainase rusak atau tidak ada, serta pengawasan tata ruang yang lemah. Sehingga ketika hujan lebat atau aliran sungai meningkat — dampaknya langsung fatal.

Penanganan reaktif, bukan preventif: Kebijakan dan respon biasanya muncul setelah kerusakan terjadi. Padahal mitigasi bencana, rehabilitasi lingkungan, pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai), dan edukasi masyarakat harus menjadi bagian dari kebijakan jangka panjang — bukan sekadar tindakan darurat ketika sudah terjadi bencana.

Nama: Romlah Mutiara Ayugustin Sitorus
NIM: 0693242107
Mata Kuliah: Dasar Dasar Broadcasting
Dosen Pengampu: Dr. Hotmatua Paralihan Harahap, MA